Rabu, 28 Juli 2010

Resusitasi Jantung paru

CARDIO PULMONARY RECUCITATION


Keadaan gawat darurat bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan juga pada siapa saja. Keadaan ini menuntut masyarakat agar mereka mengetahui bagaimana tindakan pertolongan pertama pada korban yang dalam keadaan tersebut diatas. Resusitasi Jantung Paru atau disingkat RJP merupakan pertolongan pertama yang diberikan kepada seseorang yang mengalami henti nafas, dengan tujuan agar orang tersebut dapat pulih kembali dan terhindar dari kematian.

CardioPulmonary Resucitation (CPR) adalah segala usaha tindakan dan teknik yang dipakai untuk mengembalikan sirkulasi spontan. CardioPulmonary Resucitation (CPR) merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup. CardioPulmonary Resucitation (CPR) merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.

Tujuan CPR
Tujuan utama dari CPR adalah memberikan oksigen ke otak dan jantung sampai dimulainya pegobatan medik yang definitif dan tepat sehingga dapat mengembalikan fungsi jantung dan paru kembali normal.
Resusitasi jantung paru bertujuan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi, dan penanganan akibat henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest), yang mana fungsi tersebut gagal total oleh sebab yang memungkinkan untuk hidup normal. Kebanyakan henti jantung yang terjadi di masyarakat merupakan akibat penyakit jantung iskemik, 40 % mati mendadak. Dari penyakit jantung iskemik terjadi dalam waktu satu jam setelah dimulainya gejala dan proporsinya lebih tinggi, sekitar 60 % diantara umur pertengahan dan yang lebih muda. Lebih dari 90 % kematian yang terjadi di luar rumah sakit disebabkan oleh fibrilasi ventrikuler, suatu kondisi yang potensial reversibel.

Indikasi CPR
1. Henti nafas (respiratory arrest)
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban/pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar.
Henti napas dapat terjadi pada keadaan :
• Tenggelam
• Stroke (Mempunyai riwayat hipertensi, trus tiba-tiba jatuh/pingsan)
• Obstruksi jalan napas (Kerusakan daerah tenggorokan)
• Epiglotitis (Peradangan Pita Suara)
• Overdosis obat-obatan
• Infark miokard (Serangan Jantung)
• Tersambar petir
• Koma akibat berbagai macam kasus (Pingsan tanpa penyebab)
• Tersengat listrik
• Tercekik
• Inhalasi asap
• pipa trakhea terlipat
• kanula trakhea tersumbat

2. Henti jantung (Cardiac Arrest)
Cardiac Arrest adalah hentinya jantung dan peredaran darah secara iba-tiba, pada seseorang yang tadinya tidak apa-apa, merupakan keadaan darurat yang paling gawat.

Penyebab Cardiac Arrest :
• Asfiksia dan Hipoksia
• Serangan jantung
• Syok listrik
• Obat-obatan
• Reaksi sensitifitas
• Kateterisasi jantung
• Anastesi
• Gangguan elektrolit (Hipokalemi, Hiperkalemia, Hipermagnesia)
• Penekanan mekanik pada jantung ( Tanmponade jantung, Tension Pneumothoraks)

Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi darah. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.

Henti jantung dapat diketahui dari :
• Hilangnya denyut nadi pada arteri besar (nadi femoralis dan carotis pada orang dewasa atau brakialis pada bayi)
• Korban kehilangan kesadaran
• Korban tampak seperti mati (death like appeareance)
• Hilangnya gerakan bernafas atau megap-megap (gasping)
• Warna kulit pucat
• Pupil dilatasi (setelah 45 detik)

LANGKAH – LANGKAH CPR DEWASA DENGAN SATU PENOLONG
1. Evaluasi respon korban.
(Panggil , Tepuk, Goyang pundak korban)
Hindari mengguncang korban dengan kasar karena dapat menyebabkan cidera. Juga hindari pergerakan leher yang tidak perlu bila ada cidera kepala dan leher.
Jika korban tidak berespon, berarti korban tidak sadar.

Korban tidak sadar mungkin karena :
 Sumbatan jalan nafas karena makanan, sekret, atau lidah yang jatuhke belakang
 Henti nafas
 Henti jantung, yang umumnya disebabkan serangan jantung

2. Minta Pertolongan dan aktifkan sistem Emergensi.
Penolong harus segera mengaktifkan EMS setelah dia memastikan korban tidak sadar dann membutuhkan pertolongan medis.
Jika terdapat orang lain di sekitar penolong, minta dia untuk melakukan panggilan. Saat menghubungi EMS, sebutkan :
 Lokasi korban
 Nomor telepon yamg bisa dihubungi
 Apa yang terjadi (misalnya serangan jantung / tidak sadar)
 Jumlah korban
 Dibutuhkan ambulan segera
 Tutup telepon setelah diinstruksikan oleh petugas

3. Memposisikan korban.
Korban harus dibaringkan di atas permukaan yang keras dan datar agar Resusitasi jantung paru efektif. Jika korban menelungkup atau menghadap ke samping, posisikan korban terlentang.
Perhatikan agar kepala, leher dan tubuh tersangga, dan balikkan secara simultan saat merubah posisi korban.

4. Buka jalan nafas.
Tengadahkan kepala, angkat dagu, tarik dagu (Head tilt, Chin lift, dan Jaw thrust).
Lakukan manuver Head tilt Chin lift untuk membuka jalan nafas.Pada korban tidak sadar, tonus otot terganggu sehingga lidah jatuh ke belakang dan menutup jalan nafas. Pada dasarnya lidah melekat pada rahang bawah sehingga menggerakkan rahang bawah ke atas akan menarik lidah menjauh dari tenggorokan dan membuka jalan nafas.

Memeriksa jalan nafas (Airway) :
 Buka mulut dengan hati – hati dan periksa bilamana ada sumbatan benda asing
 Gunakan jari telunjuk untuk mengambil semua sumbatan
benda asing yang terlihat, seperti makanan, gigi yang lepas, atau cairan.

Perhatian :
 Jangan menekan jaringan lunak di bawah dagu terlalu dalam, karena dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas
 Jangan melakukan sapuyan jari tanpa melihat, hal ini dapat mendorong benda asing kembali ke jalan nafas
 Lakukan pengangkatan dagu dengan hati – hati bila diduga adanya cedera kepala dan leher

5. Cek pernafasan (Breating).
Dekatkan telinga dan pipi anda ke mulut dan hidung korban untuk mengevaluasi pernafasan (sampai 10 detik)
 Melihat pergerakan dada
 Mendengarkan suara nafas
 Merasakan hembusan nafas dengan pipi

6. Bantuan nafas dari mulut ke mulut.
Bila tidak ada pernafasan spontan, lakukan bantuan nafas dari mulut ke mulut.

Untuk melakukan bantuan nafas dari mulut ke mulut :
 Pertahankan posisi kepala tengadah dan dagu terangkat
 Tutup hidung dengan menekankan ibu jari dan telunjuk untuk mencegah kebocoran udara melalui hidung korban
 Mulut anda harus melingkupi mulut korban
 Tiupkan 2 pernafasan buatan perlahan (1,5 – 2 detik per- pernafasan ) dan amati gerak dada)
 Lepaskan tekanan pada cuping hidung sehingga memungkinkan terjadinya ekspirasi pasif setelah tiupan
 Setiap nafas bantuan harus dapat mengembangkan dinding dada
 Durasi tiap tiupan adalah 1 detik
 Volume ventilasi antara 400-600 ml
 Apabila volume udara yang dihembuskan terlalu besar, udara dapat masuk ke lambung dan menyebabkan distensi lambung

7. Periksa nadi / tanda-tanda sirkulasi.
 Pertahankan posisi Head tilt, tentukan letak jakun atau bagian tengah tenggorokan korban dengan jari telunjuk dan tengah
 Geser jari anda ke cekungan di sisi leher yang terdekat dengan anda (lokasi nadi carotis)
 Tekan dan raba dengan hati-hati nadi carotis raba selama 10 detik, dan perhatikan tanda-tanda sirkulasi (kesadaran, gerakan, pernafasan, atau batuk)
 Jika denyut nadi tidak teraba, mulai lakukan CPR

8. Tentukan Land Mark untuk kompresi dada.
Teknik kompresi dada terdiri dari tekanan ritmis berseri pada pertengahan bawah sternum (tulang dada).

Cara menentukan posisi tangan yang tepat untuk kompresi dada adalah sebagai berikut :
 Pertahankan posisi Head tilt, telusuri batas bawah tulang iga dengan jari tengah sampai ke ujung sternum
 Letakkan jari telunjuk di sebelah jari tengah
 Letakkan tumit telapak tangan di sebelah jari telunjuk

9. Lakukan Teknik Kompresi yang benar.
 Posisi tangan dan tubuh harus benar
 Angkat jari telunjuk dan jari tengah
 Letakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang menempel di sternum
 Kaitkan jari tangan yang di atas pada tangan yang menempel sternum, jari tangan yang menempel sternum tidak boleh menyentuh dinding dada
 Luruskan dan kunci kedua siku
 Bahu penolong di atas dada korban
 Gunakan berat badan anda untuk menekan dada dengan tekanan 4-5 cm tegak lurus ke bawah
 Katakan hitungan (1-5, 1-10, 1-15, 1-20, 1-25, 1-30)
 Berikan 30 kali kompresi dada diikuti dengan 2 tiupan
 Lakukan kompresi 100x/menit
 Lakukan 5 siklus atau kurang lebih 2 menit

10. Evaluasi
 Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernafasan setiap 5 siklus CPR
30 : 2
 Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit ditentukan dan tidak didapatkan tanda-tanda sirkulasi, perlakukan sebagai henti jantung), lanjutkan CPR 30 : 2
 Jika nadi teraba, periksa pernafasan
 Jika tidak ada nafas, lakukan nafas bantuan 12 x/menit (satu tiupan tiap 5 detik) dengan hitungan ”satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu” setelah tiap tiupan. Ulangi sampai 12 x tiupan /menit
 Korban harus diletakkan dalam ” Recovery Potition ” bila nadi dan nafas adekuat
 Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernafasan tiap beberapa menit

LANGKAH – LANGKAH CPR DEWASA DENGAN DUA PENOLONG
CPR dewasa 2 penolong digunakan bila ada penolong kedua. Pada CPR Dewasa 2 penolong, satu penolong melakukan kompresi dada, penolong yang lain melakukan bantuan nafas mulut ke mulut. Tujuan CPR Dewasa 2 penolong adakah untuk mengurangi keletihan penolong dan kompresi yang tidak adekuat.
Kelelahan dan kompresi dada yang tidak adekuat dapat terlihat setelah CPR 2 menit sehingga dapat dilakukan pergantian setelah CPR selama minimal 2 menit (atau 5 siklus 30 kompresi dan 2 tiupan nafas)

Langkah – langkah CPR Dewasa dengan 2 penolong adalah sebagai berikut :
1. Penolong 1 :
Pastikan tidak adanya respon (Panggil, tepuk, goyang pundak korban)

2. Minta Pertolongan dan aktifkan sistem Emergensi

3. Periksa jalan Nafas
a. Buka jalan nafas, tengadahkan kepala, angkat dagu, tarik dagu (Head tilt - Chin lift, dan Jaw thrust)
b. Cek pernafasan (Lihat, dengar, rasa)
c. Tiupkan 2 pernafasan buatan perlahan (1,5 – 2 detik per- pernafasan) dan amati gerak dada)

4. Periksa nadi
a. Tentukan lokasi land mark dan raba 5 – 10 detik
b. Jika tidak ada denyut nadi, mulai lakukan CPR

5. Tentukan Land Mark untuk kompresi dada

6. Lakukan Teknik Kompresi yang benar
a. Posisi tangan dan tubuh harus benar
b. Tekanan 4-5 cm tegak lurus ke bawah
c. Katakan hitungan (1-5, 1-10, 1-15, 1-0, 1-25, 1-30)
d. Berikan 30 kali kompresi dada diikuti dengan 2 tiupan

7. Penolong 2 :
Katakan : Saya bisa lakukan CPR dengan dua penolong !!, boleh saya bantu ??

Penolong 1
8. Mengiyakan

9. Akhiri siklus : 30 kompresi dada, diikuti dengan 2 tiupan nafas

10. Cek nadi, tentukan land mark dan raba untuk 5 – 10 detik

11. Katakan ” nadi tidak ada ” teruskan CPR !!

Penolong 2 :
12. Tentukan land mark untuk kompresi dada

13. Lakukan teknik kompresi yang benar
 Posisi tangan dan tubuh harus benar
 Katakan hitungan (1-5, 1-10, 1-15, 1-0, 1-25, 1-30)
 Lakukan 30 kompresi dada

Penolong 1 :
14. Tiupkan 1 pernafasan setelah setiap 10 detik

Pergantian / putar
Penolong 2
15. Katakan : ” Ganti ” , dan 2, dan 3, ......5 dst

16. Periksa, apakah penolong 1 sudah mengakhiri satu siklus dengan satu tiupan

17. Pindah ke atas kepala

Penolong 1 :
18. Berikan satu tiupan pernafasan bantuan

19. Berpindah ke dada dan menentukan land mark untuk kompresi dada

Penolong 2:
20. Cek nadi carotis
 Tentukan land mark raba untuk 5 – 10 detik
 Jika tidak ada denyut katakan, ” tidak ada denyut, teruskan CPR ”

Penolong 1 :
21. Mulai kompresi dada
 Posisi tangan dan tubuh yang benar
 Katakan hitungan ( 1 s/d 5 ) dst
 Lakukan 30 kali kompresi dada

22. Ulangi siklus CPR

Penolong 1
23. Lakukan 30 kompresi dada

Penolong 2
24. Berikan 2 tiupan nafas

Evaluasi :
 Evaluasi nadi , ”tanda – tanda sirkulasi” dan pernafasan setiap 5 siklus CPR 30 : 2
 Jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit ditentukan dan tidak didapatkan “tanda-tanda sirkulasi” , perlakukan sebagai henti jantung), lanjutkan CPR 30 : 2
 Jika nadi teraba, periksa pernafasan
 Jika tidak ada nafas, lakukan nafas bantuan 12x/menit (satu tiupan tiap 5 detik) dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu setelah tiap tiupan. Ulnagi sampai 12x
 Jika nadi dan nafas ada, letakkan korban pada posisi recovery
 Evaluasi nadi, “tanda-tanda sirkulasi” dan pernafasan tiap beberapa menit

CPR PADA BAYI

Bayi adalah anak yang berusia kurang dari 1 tahun. Henti jantung umumnya terjadi sebagai akibat sekunder dari masalah lain, seperti trauma mayor atau masalah pada sistem pernafasan, jarang yang merupakan akibat dari masalah di jantung sendiri. Untuk mencegah terjadinya henti jantung penolong harus mendeteksi dan tatalaksana dini tanda-tanda awal gagal nafas.

1. Evaluasi Kesadaran
 Evaluasi dan tentukan status kesadaran bayi dengan menepuk bahu bayi dengan lembut
 Hindari guncangan kasar, pergerakan kepala dan leher bayi yang tidak perlu karena dapat menimbulkan cedera
 Bayi yang tidak berespon berarti tidak sadar
 Kemungkinan penyebab tidak sadar pada bayi :
• Sumbatan jalan nafas oleh makanan, sekresi, maupun lidah yang jatuh ke belakang
• Henti nafas
• Henti jantung

2. Minta Pertolongan dan aktifkan sistem Emergensi
 Bila bayi tidak berespon
 Bila penolong sendirian, lakukan CPR 30 : 2 selama ± 2 menit sebelum memanggil ambulan
 Bila ada penolong kedua, minta dia mengaktifkan sistem EMS dengan menghubungi ambulan

Saat memanggil ambulan, katakan :
• Lokasi korban
• Nomor telepon yang dapat dihubungi
• Apa yang terjadi
• Jumlah korban
• Ambulan dibutuhkan segera
• Tutup telepon setelah diperintahkan oleh petugas

3. Posisi bayi
 Posisikan bayi terlentang di atas permukaan yang keras dan datar
 Kedua tungkai lurus dan tangan di sisi tubuh
 Sangga / pertahankan kepala dan leher

4. Buka Jalan Nafas
 Lakukan manuver head tilt, chin lift untuk membuka jalan nafas
• Letakkan satu tangan pada dahi bayi dan tekan ke belakang dengan telapak tangan untuk menengadahkan kepala
• Letakkan jari tangan anda yang lain di bawah tulang rahang bawah untuk mengangkatnya ke depan
 Memeriksa jalan nafas
• Buka mulut bayi dengan lembut dan periksa bilamana ada benda asing yang terlihat
• Bila tampak benda asing kait dengan jari kelingking sampai keluar
 Jangan melakukan extensi kepala berlebihan
 Pada bayi yang tidak sadar, tonus otot melemah sehingga lidah jatuh ke belakang dan menutup jalan nafas. Lidah melekat pada rahang bawah sehingga dengan menggerakkan rahang bawah ke depan akan menjauhkan lidah dari tenggorokan dan jalan nafas terbuka
 Jangan menekan jaringan lunak di bawah dagu terlalu dalam atau terlalu mengekstensikan leher bayi karena dapat membuntu jalan nafas
 Jangan melakukan finger sweep tanpa melihat karena dapat mendorong banda asing kembali ke saluran nafas
 Lakukan chin lift dengan lembut bila diduga ada cedera kepala dan leher

5. Periksa Pernafasan
 Selama mempertahankan jalan nafas terbuka, periksa jalan nafas
 Dekatkan telinga dan pipi anda ke mulut dan hidung bayi untuk mengevaluasi pernafasan (± 10 detik) :
• Melihat pergerakan dinding dada
• Mandengarkan suara nafas
• Merasakan hembusan nafas dengan pipi

6. Pernafasan mulut ke mulut dan hidung
Jika tidak ada nafas, lakukan pernafasan mulut ke mulut dan hidung :
 Pertahankan posisi head tilt chin lift
 Lingkupi mulut dam hidung bayi dengan mulut penolong dan berikan 2 tiupan dengan jeda singkat diantaranya
 Setiap tiupan harus dapat mengembangkan dada, perhatikan naiknya dinding dada
 Tunggu sampai terjadi penurunan dada diantara dua tiupan pernafasan bantuan
 Durasi tiupan adalah 1- 1,5 detik / pernafasan
 Volume ventilasi sekitar 30 ml tiap tiupan
 Biarkan bayi ekspirasi pasif diantara tiupan

7. Evaluasi nadi/tanda-tanda sirkulasi
 Pertahankan head tilt chin lift dan tentukan lokasi nadi brachialis (di sisi medial lengan atas) menggunakan jari telunjuk dan tengah
 Tekan dengan lembut dan rasakan denyut nadi selama 10 detik dan cari ”tanda-tanda sirkulasi” (kesadaran, gerakan, pernafasan , atau batuk)
 Bila tidak ada denyut nadi (denyut nadi sulit dievaluasi dan bayi tidak menunjukkkan ” tanda-tanda sirkulasi” mulailah melakukan kompresi dada

8. Tentukan land mark untuk kompresi dada
 Kompresi dada pada bayi merupakan aplikasi tekanan ritmis dan serial pada separuh bawah sternum (tulang dada)
 Untuk menentukan landmark yang tepat pada pijatan dada bayi :
• Pertahankan head tilt dengan satu tangan
• Bayangkan garis lurus diantara kedua puting susu dengan jari telunjuk tangan yang lain
• Tempatkan jari telunjuk pada garis bayangan
• Letakkan jari tengah dan manis di sebelah jari telunjuk
• Pindahkan ketiga jari tersebut ke tengah sternum (tulang dada)
• Posisikan jari-jari tersebut tegak
• Angkat jari telunjuk tetapi pertahankan jari tengah dan manis menempel di sternum (tulang dada)

9. Lakukan teknik kompresi yan benar
 Bungkukkan badan dan dekatkan pipi anda ke mulut dan hidung bayi
 Gunakan jari tengah dan telunjuk untuk menekan sternum (tulang dada) tekan lurus ke bawah sedalam 2 cm
 Pertahankan jari di atas sternum selama penekanan ( Jangan dilepas ) agar posisi yang benar tidak berubah
 Katakan hitungan (1-5, 1-10, 1-15, 1-0, 1-25, 1-30)
 Kecepatan kompresi dada adalah 100 kali permenit
 Rasio perbandingan 30 kompresi dan 2 ventilasi
 Lakukan 5 siklus dari 30 kompresi dan 2 tiupan nafas selama ± 2 menit
 Bebaskan tekanan pada dada setelah tiap kompresi agar darah dapat mengalir ke dada dan jantung
 Jangan menghentak selama kompresi karena dapat menyebabkan cidera

10. Evaluasi
 Evaluasi nadi, ”tanda –tanda sirkulasi dan pernafasan setiap 5 siklus CPR 30 : 2
 Bila nadi tidak teraba (denyut nadi yang sulit dievaluasi dan tidak ada tanda-tanda sirkulasi dianggap sebagai henti jantung) lanjutkan CPR
30 : 2
 Bila nadi teraba, periksa pernafasan bayi
 Bila tidak ada nafas, lakukan resceu breating 20 x/menit (satu tiupan nafas tiap 3 detik) dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiup. Ulangi sampai 20 kali tiupan nafas
 Bila nadi dan nafas ada, letakkan bayi pada posisi recovery
 Monitor nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernafasan bayi tiap beberapa menit

Tanda - tanda keberhasilan CPR :
1. Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi).
2. Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat diberikan cahaya).
3. Denyut jantung kembali terdengar.
4. Reflek pernapasan spontan dapat terlihat.
5. Kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal.
6. Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya.
7. Penderita berusaha untuk menelan.
8. Penderita menggeliat atau memberontak.

RJP pada korban dihentikan apabila:
• Ada penolong yang menggantikan.
• Ada tanda kehidupan.
• Ada tanda kematian.
• Setelah 30 menit.

Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang lebih bertanggung jawab meneruskan resusitasi (bila tidak ada dokter). Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tidak ada dokter sebelumnya). Penolong terlalu capek sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi. Pasien dinyatakan mati. Setelah dimulai resusitasi ternyata diketahui bahwa pasien berada dalam stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tak akan pulih yaitu sesudah setengah atau satu jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP.

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan ABC RJP adalah :
1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun.
2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik kecuali bila ia sudah stabil.
3. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada karena dapat berakibat robeknya hati.
4. Hindarkan gerakan yng menyentak. Kompresi harus lembut, teratur, dan tidak terputus.
5. Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP.

Dengan penemuan tindakan diagnostik dan resusitasi mutakhir maka kematian tidak dianggap sebagai saat berhenti kerja jantung. Sekarang dikenal spektrum keadaan fisiologik yang meliputi kematian klinis, serebral dan organis. Tanpa pertolongan tindakan resusitasi maka henti sirkulasi akan menyebabkan disfungsi serebral dan kemudian organis dengan kerusakan sel irreversibel. Resusitasi untuk mengembalikan fungsi nafas dan sirkulasi akibat dari henti nafas dan henti jantung, yang dilakukan setelah tiga menit presentasi keberhasilan 75 %, jika setelah empat menit presentasi keberhasilan 50 % dan setelah lima menit maka presentasi keberhasilan resusitasi menjadi 25 %. Tindakan awal yang harus dilakukan pada penderita henti jantung paru adalah melakukan ABC, yang merupakan Bantuan Hidup Dasar fase I, Bantuan Hidup Lanjut.

Resusitasi jantung paru ini dilakukan pada pasien yang mungkin hidup lama dan tanpa meninggalkan kelainan pada otak. Keberhasilan resusitasi ini tergantung dari penyebab, waktu penderita mulai ditolong, ketrampilan penolong, alat penunjang dan tenaga medis yang ada.

Daftar Pustaka
Abdul MI, 1997, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, Jakarta: Binarupa Aksara

Cummins R. O., 1997, Advance Cardiac Life Support, AHA Published

Dickinson, E.T., 1998, Emergency Care, New Yersy

Hazinski M. F., 2005, Current in Emergency Cardiovaskuler Care, AHA Published

Mutahal, 2007, Apuranto H. Kematian mendadak. In: Apuranto H, Hoediyanto, editors. Buku ajar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Edisi 3. Surabaya: Airlangga.

Olaan Sm Siahaan, 1992, Resusitasi Jantung Paru dan Otak, Cermin Dunia Kedokteran, No. 80, Edisi Khusus.

Prince and Wilson, 1994, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit, Edisi, EGC, Jakarta

RSUD Dr. Saiful Anwar, 2002, Buku Pelatihan Pertolongan Dasar Gawat Darurat, Malang

RSUD Dr. Saiful Anwar, 2005, Basic Cardiac Life Support Programe, Malang

Smith, Tony, 2000, Dokter di Rumah Anda, Jakarta : Dian Rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar